Tuan Guru Haji (TGH) Lalu. M.Turmuzi Bagu Porosnya Pulau Seribu Masjid -NTB

Mataram – Lpkpkntb, Lombok Dikenal dengan sebutan Pulau Seribu Masjid, selain di kenal dengan khas makanan seperti ayam taliwang, pelecing dan sebagainya. Pulau Lombok juga di kelilingi ribuan pondok pesantren (Ponpes). Oleh karena itu orang luar dipulau lombok tidak heran, bila pulau lombok melahirkan banyak TGH/Kyai ternama. Dalam hal ini menjadi kajian adalah Tuan Guru Haji (TGH) Lalu. M.Turmuzi Badaruddin, pendiri Ponpes Qomarul Huda di Desa Bagu, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. TGH.L.M.Turmuzi Badaruddin juga salah satu kiyai berpengaruh di Pengurus Besar di kepengurusan Ormas Agama  Nahdaltul Ulama (PBNU), dan saat ini PBNU telah mendirikan Universitas-Universitas se-Indonesia, Salah satunya Universitas Nahdlatul Ulama NusaTenggara Barat.

Seorang TGH/Kyai menjadi panutan dari para Semua Orang tentunya komunitas nahdiyin dan NU secara umum, tapi terkadang selalu identik dengan para ulama dari Mekkah maupun Pulau Jawa, Namun bila kita melihat dan mengkaji sosok seorang TGH tidak hanya berasal dari Tanah Jawa. Salah satunya TGH.L.M.Turmuzi yang lahir dari lingkungan ponpes dan berasal dari Desa Bagu Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

TGH. L.M.Turmuzi Badaruddin sewaktu muda juga diwajibkan mengenyam pendidikan ponpes. Ia pun kemudian berguru agama pada seorang tuan guru legendaris di Pulau Lombok, yakni Tuan Guru Saleh Hambali, pendiri Ponpes Darul Quran. Di sana, Turmuzi Badaruddin muda menimba ilmu selama 14 tahun sejak 1944.

Selesai nya menuntut pendidikan ilmu Agama di Ponpes Darul Quran, Bengkel Lombok Barat, ia melanjutkan pendidikan agamanya di Tanah Arab yaitu di Masjidil Haram, Mekah, selama 6 (Enam) tahun. Sekembalinya dari Tanah Suci pada 1962, Turmuzi Badaruddin muda yang telah bergelar haji mewujudkan mimpinya membangun sebuah ponpes di Tanah Lombok. Sejak saat itu, ia mengajarkan agama kepada para santri dari tingkat dasar atau diniyah hingga ke tingkat perguruan tinggi.

Seseorang yang lahir di tengah – Tengah keluarga Bangsawan yang sederhana dan kehidupan tradisi nahdiyin, TGH L.M.Turmuzi Badaruddin tentu tak dapat meninggalkan panggilan hatinya untuk membesarkan nama Nahdlatul Ulama (NU). Oleh karena itu ia pun mulai berkiprah di kepengurusan Nahdlatul Ulama (NU).  Ia tidak langsung menjadi pengurus inti namun TGH.L.M. Turmuzi di mulai tingkat yang paling rendah, yakni sebagai Pengurus Ranting di Desanya. Paham ahlus sunnah wal jamaah di tubuh NU dirasakan cocok dengan paham warga muslim terutama di pulau Lombok.

TGH.L.M.Turmuzi Badaruddin mengabdikan dirinya di NU. Berkat pengabdiannya itulah, TGH.L.M. Turmuzi Badaruddin diminta duduk sebagai salah seorang petinggi di PBNU. Kedalaman pergaulannya juga mengantarkan laki-laki sederhana ini mengenali tokoh-tokoh penting di lingkungan NU, seperti Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Sebagai TGH yang telah banyak pengalaman baik di bidang pendidikan, maupun Agama, TGH.L.M. Turmuzi Badaruddin dinilai memiliki basyira atau penglihatan mata hati yang tajam tentang masa yang akan datang. Ia lalu didudukkan dalam tempat terhormat para TGH/kiyai sepuh di kalangan Nahdiyin,  dimana pada zaman Gusdur ia Masuk dalam kelompok TGH/Kyai Khos sampai sekarang.