“Seorang ibu melahirkan anaknya dengan susah payah dan kesakitan, Kemudian ia membesarkannya hingga dewasa hingga anak laki-lakinya menikah, ia melepasnya begitu saja, Kemudian anak laki-laki itu akan sibuk dengan kehidupan barunya, Bekerja untuk keluarga barunya, Mengerahkan seluruh hidupnya untuk istri dan anak-anaknya, Anak laki-laki itu hanya menyisakan sedikit waktu untuk sesekali berjumpa dengan ibunya. sebulan sekali, atau bahkan hanya 1 tahun sekali”. Lanjutnya dengan tetesan air mata
“Kamu yang sejak awal menikah tidak suka dengan ibu mertuamu. Kenapa? Karena rumahnya kecil dan sempit? Sehingga kamu merajuk kepada suamimu bahwa kamu tidak bisa tidur disana, Anak-anakmu pun tidak akan betah disana, Ratna.., mendengar ini ayah sakit sekali. Lalu, jika kamu saja merasa tidak nyaman tidur di sana, Bagaimana dengan ibu mertuamu yang dibiarkan saja untuk tinggal disana?. Uang itu diberikan untuk ibunya, Suamimu ingin ayahnya berhenti berkeliling menjual gorengan, Dari uang itu ibu suamimu hanya memakainya secukupnya saja, selebihnya secara rutin dibagikan ke anak-anak yatim dan orang-orang tidak mampu di kampungnya”.
Ratna membatin dalam hatinya, uang yang diberikan suaminya sering dikeluhkannya kurang. Karena Ratna butuh banyak pakaian untuk mengantar jemput anak sekolah, Ratna juga sangat menjaga penampilannya untuk merawat wajah dan tubuhnya di SPA. Berjalan-jalan setiap minggu di mall, Juga berkumpul sesekali dengan teman-temannya di restoran.
Ratna menyesali sikapnya yang tak ingin dekat-dekat dengan mertuanya yang hanya seorang tukang gorengan. Tukang gorengan yang berhasil, Menjadikan suaminya seorang sarjana, mendapatkan pekerjaan yang di idam-idamkan banyak orang, Berhasil mandiri, hingga Ratna bisa menempati rumah yang nyaman dan mobil yang bisa ia gunakan setiap hari.
“Ayaaah, maafkan Ratna”, tangis Ratna meledak, Ibunda Ratna yang sejak tadi duduk di samping Ratna segera memeluk anaknya dengan erat.
“Ratna… kembalilah ke rumah suamimu, Ia orang baik nak… Bantulah suamimu berbakti kepada orang tuanya, Bantu suamimu menggapai surganya, dan dengan sendirinya, ketaatanmu kepada suamimu bisa menghantarkanmu ke surga”. Ibunda Ratna membisikkan kalimat itu ke telinga Ratna, ia hanya menjawabnya dengan anggukan, ia menahan tangisnya. Bathinnya sakit, menyesali sikapnya.
Ratnapun pulang menghadap suaminya dan sambil menangis memohon maaf kepada suaminya atas prasangka yang salah selama ini. Di lain hari, Ratnapun mengikiti suaminya bersilaturahmi kepada ibu kandung suaminya alias mertua dirinya. Suaminya meneteskan air mata menatap istrinya yang di tangan istrinya tertenteng 4 liter minyak goreng untuk mertuanya, tetesan air mata suami bukan masalah jumlah liternya, tapi karena perubahan istrinya yang senang dan nampak ikhlas hendak datang kepada orang tuanya alias mertua istrinya.
Seterusnya Ratna berjanji dalam hatinya, untuk menjadi istri yang taat pada suaminya. Sesekali waktu, Ratna bukan mengajak suaminya ke Mall tapi minta anjangsana ke rumah mertuanya dan juga orang tuanya.
Semoga kisah di atas dapat menyadarkan kita bahwa orang tua adalah nomer 1 dalam hidup ini, bukan istri atau anak, karena ridha Allah ada pada ridha orang tua.