Naypyidaw disebut gagal karena kotanya sepi dan desainnya hanya berfokus pada pusat pemerintahan.
Dikatakan Ridwan Kamil Naypyidaw dibuat tanpa mempertimbangkan aspek kehidupan masyarakat yang beragam.
“Hanya memindahkan kantor, maka tidak ada namanya kota formal-informal, kaya-miskin bercampur. Kota itu semua golongan harus hadir,” katanya.
Selain itu Ridwan Kamil pun tak mau IKN juga bernasib seperti Putrajaya Ibu Kota Malaysia.
Putrajaya kata Emil sapaan Ridwan Kamil, ibu kota memiliki desain kota yang indah.
Namun, kota ini menjadi sepi pada malam hari karena mayoritas penduduknya masih tinggal di Kuala Lumpur.
“Paginya berkantor di Putrajaya, sorenya pulang ke Kuala Lumpur, malam sepi,” tutur Emil.
Maka dari itu Ridwan Kamil mengingatkan pembangunan IKN harus manusiawi dengan harapan masyarakat yang tinggal di sana meras betah.
“Maka saya katakan IKN harus layak huni, cirinya ada orang berjalan kaki. Kalau di IKN tidak ada orang berjalan kaki, kita gagal menciptakan kota yang manusiawi, ke mana-mana harus naik kendaraan, naik mobil,” kata Ridwan Kamil menutup.***