PROFIL dan KEHIDUPAN GUS IDRIS MARBAWY, DA I MUDA BERASAL DARI NGAJUM

Advertisements

Lpkpkntb.com – Muhammad Idris Al-Marbawy atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Idris Al-Marbawy, adalah

toko muda NU berasal dari desa Babadan Ngajum Kabupaten Malang, beliau Khodimul Majelis
Thoriqul Jannah, berikut adalah gambaran singkat tentang kehidupan Gus Idris Marbawy.

Gus Idris Al-Marbawy lahir 21 September 1990 di Ngajum Kabupaten Malang, Keluarganya adalah
keturunan asli Ngajum, beliau putra pertama dari Kyai Rodiyallah seorang guru dan pemimpin Pac
Ansor Ngajum. Gus Idris Marbawy memiliki 2 orang saudara yaitu Ning Hikmah dan Ning Nanda.

Pendidikan Gus Idris Al-Marbawy di Sekolah Menengah Pertama Riyadlul Qur’an, kemudian
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di Pakisaji dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Setelah
lulus beliau melanjutkan di Universitas Islam Raden Rahmad dan Sekolah Tinggi Ilmu filasafat Alfarabi Kepanjen.

Gus Idris melanjutkan pendidikannya di Ponpes Riyadlul Qur’an Ngasem, Ponpes Miftahul Huda
Mojosari, Ponpes Asyadily Sumber Pasir, Gus Idris mengembangkan minat dan keahlian dalam
bidang Da’wah dan Al-Qur’an. Gus Idris Al-Marbawy merupakan siswa yang cerdas dan ulet, selalu
mendapat prestasi yang luar biasa waktu menempuh pendidikan di Pondok Pesantren, beliau juga
menjadi penceramah dari kampung ke kampung, masjid ke masjid, desa ke desa sampai-sampai
masa muda nya di habiskan untuk berdakwah dan berjuang. Selama masa pendidikan beliau meraih
banyak penghargaan baik ditingkat pondok, Kabupaten Malang bahwa Provingsi Jawa Timur
khususnya dalam Al-Qur’an. Gus Idris Al-Marbawy sering mendapatkan tugas untuk menggantikan
Guru-guru dan ayahanda beliau kyai rodiyallah untuk mengisi acra di majelis majelis di indonesia dan luar negeri ( Hongkong, macau, Taiwan ).

Setelah menempuh dan menghafal Al-Qur’an, Gus Idris mengutarakan untuk menyebarkan Ilmu dan
mengajak Umat untuk mencintai Allah dan Nabi Muhammad SAW , namun perjalanan da’wah beliau
tidak semulus dan seindah yang beliau inginkan, tantangan rintangan, cemooh, hujatan, pujian,
canda tawa, tangisan, kebahagiaan menjadi satu bagian dalam berda’wah, namun itu semua tidak
membuat Gus Idris berhenti, semakin di hujat semakin semangat, semakin dijatuhkan semakin
tinggi, semakin dijelekan semakin naik karir beliau, karena yang dilakukan beliau lillahitaalah hanya
mengharapkan Ridho Allah SWT.