Lpkpkntb.com – Inilah Kisah KH Muhammad Kholil yang dikenal Syaikhouna Kholil Bangkalan adalah seorang ulama asal Madura yang punya peran besar dalam menyebarluaskan dakwah Islam di Nusantara.
Ia punya murid yang tersebar di berbagai daerah dan menjadi kiai di tempatnya masing-masing.
Dengan demikian, Keberhasilannya dalam mencetak murid membuat Mbah Kholil dijuluki sebagai syaikhona, yang berarti guru. Mbah Kholil Bangkalan adalah gurunya para kiai Nusantara.
Kemudian, Mbah Kholil diyakini sebagai wali yang mendapat anugerah karomah dari Allah SWT. Karomah- karomah Mbah Kholil banyak dikisahkan oleh santrinya.
Salah satu karomah Mbah Kholil dialami langsung oleh muridnya, KH Hasyim Asy’ari saat dijodohkan. Kala itu, Mbah Hasyim dijodohkan oleh Mbah Kholil dan dalam waktu singkat ia harus menikah.
Oleh karena itu, Berkat karomah guru, banyak keajaiban yang terjadi menjelang pernikahannya. Ia mengamalkan satu sholawat yang diijazahkan gurunya dan selama tiga malam berturut-turut Mbah Kholil bertemu dengan Imam Bukhari, Imam Syafi’i, Imam Al-Ghazali, dan Imam Junaid Al-Baghdadi.
Simak berikut kisah karomahnya.
Pendiri NU sekaligus Rais Akbar, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. (Foto: Istimewa via NU Online)
Suatu hari, Syaikhona Kholil Bangkalan kedatangan tamu seorang kiai yang santrinya tidak sampai ratusan, hanya puluhan saja. Kiai tersebut menyampaikan keperluannya kepada Mbah Kholil.
“Mbah Kholil, saya datang ke sini kiai pertama niat silaturahmi dan yang kedua saya hendak menikahkan putri saya berhubung dia sudah dewasa kiranya patut saya carikan jodoh apalagi usia saya juga sudah ada di ambang pintu ajal yang tak lama lagi Allah pasti memanggil ruh saya kiai. Jika ada kiai, saya mohon petunjuk dan izin kiai untuk mencarikannya,” kata kiai tersebut.
Seketika itu Mbah Kholil memanggil Mbah Hasyim yang sedang mengurusi kuda di belakang rumahnya. Spontan Mbah Hasyim menghadap ke gurunya, langsung diam merunduk.
Kepada tamunya, Mbah Kholil menyampaikan bahwa Mbah Hasyim adalah calon jodoh putri kiai tersebut yang akan meneruskan perjuangannya. Namun, kiai tersebut tidak yakin dengan Mbah Hasyim dan meragukan keilmuannya.
“Masa iya sih santri mblasaken seperti ini akan mengurus pesantrenku? Saya tidak yakin bila anak ini banyak ilmunya,” gumam kiai tersebut dalam hatinya.
Di sisi lain, Mbah Hasyim juga terkejut dengan perjodohan ini. Dalam hatinya ia bergumam, “Masa iya Mbah Kholil tega akan menjodohkan saya dengan putrinya ulama yang begitu mulia dan santrinya banyak nan berwibawa serta alim?”
Perasaan Mbah Hasyim Setelah Dijodohkan
KH Hasyim Asy’ari (sumber: wikipedia)
Mbah Kholil kemudian meminta kiai tersebut pulang ke rumah dan segera menyiapkan pernikahan dengan muridnya. Sebab, akad nikah Mbah Hasyim dengan putri kiai itu akan berlangsung tiga hari lagi.
“Sudahlah kamu (tamu) pulang saja dan siapkan selamatannya di rumahmu. Tiga hari lagi akad nikah dilaksanakan. Dan kamu Hasyim kembali ke belakang!” pinta Mbah Kholil.
Hasyim Asy’ari muda kembali ke tugasnya dengan banyak pertanyaan dalam pikirannya. Perasaan galau menyelimuti, ia masih risau dengan perjodohan tersebut.
Dalam hati kecilnya ia muncul pertanyaan, “Bagaimana saya bisa menjalani ini semua, kenapa guru tidak memberitahu saya sebelumnya atau paling tidak menawarkannya?”
Setelah perjodohan itu, perasaan galau dan gundah gulana dialami Mbah Hasyim. Pikirannya seketika kacau balau. Di saat itulah hidayah Allah datang, ia teringat dengan dawuh gurunya, Mbah Kholil.
“Barang siapa di antara kalian yang ingin tercapai hajatnya maka bacalah sholawat Nariyah sebanyak-banyaknya dan pada waktu ijabah sangat dianjurkan yaitu setelah separuh malam hingga menjelang subuh.”