Rindu Anak Istri
Mungkin ia rindu anak dan istri, tersebab sudah seminggu tak pulang karena tugas dan tanggung jawab. “Saya mengerti betapa ia merindu,” jawabku dalam hati.
Ketika, di atas tunggangan kami seperti berlarian di jalan bersama orang-orang yang hendak pulang.
Puluhan hingga ratusan orang serempak menekan klakson. Sorot nyala lampu (motor, mobil) bagai ‘penunjuk jalan’ menuju pulang.
Pulang selalu membawa bahagia. Tapi ‘pergi’ kerap menyisakan rindu. Ah rindu…Rindu yang tak pernah usai hingga kedua matamu terpejam.
Benar kata seorang pujangga, ketika berucap : “tiada yang tahu sebenarnya arti rindu, kecuali orang yang memendamnya.
Tiada yang tahu betapa bernilainya sesuatu itu, kecuali setelah ia terpisah darinya”.
PERGI Menyisakan RINDU
Dan malam ini hingga tulisan ini selesai, diri ini masih terjaga. Aduhai…. dia yang sedang nunggu…
Menunggu. Ah. Menunggu lagi.
Dalam hidup ini, dengan beragam keterbatasan bikin seseorang harus sabar menunggu.
Nunggui rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan.
Harus jujur diakui, menunggu itu, sesuatu yang bikin bosan. Satu proses yang sulit dilakukan. Begitu juga dengan bersabar.
Padahal dalam kehidupan, ada kalanya kita dituntut situasi untuk bersikap sabar.
Untuk itu, Konteks sabar menunggu bisa kita maknai dalam banyak hal. Misalnya seperti sabar menunggu seseorang, sabar menunggu jodoh, sabar menunggu pertolongan Tuhan, dan masih banyak lagi.
Tak hanya itu, bagi Anda yang memiliki sikap sabar (menunggu), itu cermin bahwa anda atau siapa saja, berarti teguh terhadap pendirian (istiqomah).
Orang yang sabar juga akan menghadapi setiap masalah dengan kepala dingin lalu segera menyelesaikannya.
Setelah segala sesuatunya tuntas, kamu melanjutkan lagi langkahmu. Langkahmu untuk Pergi lalu pulang kembali.
Kemudian, Tahu tidak kepergian sesungguhnya adalah lenyapmu dari bumi menuju Tuhan. Inilah kepergian yang membuatmu tiada tapi dikau kan abadi (eternity). Semoga.
(By : Masyhur, MS, Dedi Riswandi)