Sambung, ” Apalagi, Lalu Athari dilihatnya sebagai salah satu deklarator Partai Perindo di NTB sejak 2014. Saya kira memang dalam batas tertentu kalau komunikasi internal itu sudah terjalin, sebenarnya kaderisasi kepemimpinan di parpol itu wajar-wajar saja. Cuman ini tetap akan dibaca tidak normal, tidak prosedural,” ungkapnya.
“Mengapa? Karena yang menggantikan ini bukan orang internal yang sudah lama, tapi ini kan dibaca lebih kepada upaya patron klien, ada usaha dari awal ketika gerbong NWDI berpindah ke Perindo. Yang ditandai dengan bergabung TGB. Sejak awal memang hal semacam ini dikhwatarkan oleh banyak kalangan. Pasti akan terjadi pergantian posisi kepengurusan yang stratetgis,” sambungnya.
Kalau bicara hal etis, kata Ihsan Hamid, sebetulnya hal wajar kalau kemudian pergantian itu diberikan kepada kader internal yang sudah lama berkontribusi bagi pergerakan politik Perindo di NTB.
Doktor Ilmu Politik jebolan UIN Syarif Hidayatullah itu melihat pergantian ini menjadi kurang wajar ketika proses kaderisasi tidak pernah dilakukan oleh pegantinya.
Dipilihnya Khairul Rizal dilihatnya sebagai efek dirinya merupakan bagian dari gerbong besar NWDI. Dan hal itu terkesan simsalabim.
“Sehingga dalam prinsip etika, demokatisasi di internal partai tidak jalan. Karena saya yakin, pergantian ini pasti tidak diterima oleh banyak pihak, terutama Lalu Athari,” urainya.
“Yang saya lihat, gerbong Lalu Athari sudah mulai bereaksi. Itu menadakan bahwa komunikasi, konsolidasi atau prinsip etika dan moralitas tidak diindahkan,” sambung Ihsan Hamid.
Melalui Aplikasi whatsap, di sampaikan bahwa, Ketua DPW NTB Lalu Athar Fahtullah melalui di bagikan oleh salah satu anggota grup dengan mengirim hasil scren shot seperti ini.
Silahkan bisa buka link berita tentang ketua dan sekertaris perindo NTB tidak tau dirinya sudah diganti. (Red).