Mendengar ucapan malaikat tersebut, Abu bin Hasyim berharap ada namanya tercatat karena ia telah rajin sholat tahajud selama 20 tahun. Ia pun bertanya, “Oh malaikat, apakah namaku tertera dalam buku yang kamu bawa?”
Ia percaya bahwa namanya akan tercatat. Malaikat mengatakan, “Saya akan buka.” Malaikat pun membuka buku besar tersebut. Setelah mengurutkan dari awal sampai akhir, rupanya nama Abu bin Hasyim tidak ada di dalamnya.
Abu bin Hasyim meminta malaikat untuk mencari namanya kembali. Malaikat meneliti pelan-pelan dengan cermat. Kemudian ia berkata, “Itu benar, namamu tidak ada di dalam buku ini!” Abu bin Hisyam pun bergetar lalu terjatuh di depan malaikat.
Abu bin Hasyim menangis dan mengeluarkan air mata yang sangat banyak. Ia menyesali dan berkata, “Kehilangan diri saya yang selalu berdiri setiap malam di tahajud dan bermunajat tapi nama saya tidak ada di dalam kelompok pecinta Allah,” keluhnya yang masih menangis sesenggukan.
Malaikat berkata lagi, “Wahai Abu Hasyim! Saya tahu Anda bangun setiap malam saat yang lain tidur, wudhu dengan air dingin saat yang lain tertidur di tempat tidur. Tapi tangan saya dilarang bahwa Allah menuliskan nama Anda.
” Kemudian Abu bin Hasyim kembali bertanya, “Apa penyebabnya?” Dan malaikat mulai menjelaskan, “Anda bersedia pergi ke Allah, tapi Anda bangga pada diri sendiri dan bersenang-senang memikirkan diri sendiri. Tetanggamu ada yang sakit atau kelaparan tapi kau bahkan tidak melihat atau memberi makan. Bagaimana mungkin kami bisa menjadi kekasih Tuhan jika Anda sendiri tidak pernah mencintai makhluk yang diciptakan oleh Allah?” kata sang malaikat.
Mendengar apa yang disampaikan malaikat, Abu bin Hasyim serasa disambar petir di siang bolong. Dia menyadari bahwa hubungan pemujaan manusia tidak hanya untuk Allah SWT, tetapi juga untuk sesama manusia.
Demikian penjelasan kisah seorang ahli beribadah sholat sunnah malam maupun fajar, tapi enggan peduli dengan orang sekitar, sementara kita ketahui bahwa, Hablum Minannas, merupakan konsep manusia menjalin hubungan yang baik sesama manusia lainnya. sebagaimana firman Allah SWT yang artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al Maidah [5] : 2). (Abi).