PENTING!! 10 Cara Menyikapi Orang Merasa Dirinya Si Songo “Paling Benar, Paling Hebat”

lpkpkntb.com – Dalam kehidupan bersosial berbagai macam karakter yang kita temukan, terutama di tempat kerja, baik kantor, sekolah bahkan di Kampus, yang terpenting disini adalah jangan sekali-kali tersulut emosi saat berhadapan dengan orang merasa paling benar.

Pernahkah memiliki teman yang sering merasa paling benar bahkan menggap remeh orang lain? Padahal justru ada juga beberapa teman kita yang jauh lebih kompeten tapi justru memilih untuk diam?

10 Cara Menyikapi Orang Merasa Dirinya Si Songo “Paling Benar”/Istimewa.

Sebenarnya fenomena ini ada dalam paikologi yang disebut dengan “Dunning-Kruger Effect”.

Secara garis besar, Dunning-Kruger Effect sendiri didefinisikan sebagai kurangnya kemampuan seseorang dalam mengendalikan ilusi “superioritas” di dalam dirinya.

Hal ini menyebabkan mereka menciptakan tingkat kemampuannya sendiri.

Mereka merasa kalau kemampuannya itu lebih tinggi dibandingkan orang-orang di sekitarnya.

Biasanya, hal ini dikaitkan dengan dengan ketidakmampuan orang tersebut dalam mengenali dirinya sendiri.

Yuk! di simak ciri-ciri orang paling merasa dirinya paling hebat dan selaganya tanpa memahmi dirinya sendiri.

Ciri-Ciri Orang yang Merasa Paling Benar

Penyebab dari seseorang merasa paling benar sebenarnya adalah ego.

Mengutip dari Jornal of Experimental psychology kombinasi kesadaran diri yang buruk dan kemampuan kognitif yang rendah.

Hal ini membuat mereka melebih-lebihkan kemampuan mereka sendiri.

Tidak ada satu orang pun yang berpikir kalau dirinya adalah orang yang tidak mempunyai kemampuan.

Sehingga mereka akan meningkatkan penilaian terhadap dirinya sendiri.

Kemudian, apa saja ciri-ciri orang yang merasa paling benar? Simak ulasannya berikut ini.

1. Mendominasi Pembicaraan dan Selalu Merendahkan Orang Lain

Bukan cuma saat berdebat, ketika berbicara santai pun orang yang merasa paling benar akan mendominasi obrolan dengan kata-katanya yang khas.

Dia akan berusaha untuk menguasai topik pembicaraan dengan sengaja mematahkan pendapat-pendapat orang lain yang disertai dengan alasan-alasan paling benar menurutnya.

Saat orang lain berusaha untuk menimpali pendapatnya, ia akan menyingkirkan pendapat itu.

Lalu, satu ciri khas yang jadi kalimat andalannya adalah tak jauh-jauh untuk merendahkan orang lain.

2. Selalu Show Off untuk Mendapat Banyak Pujian

Orang yang senang membangga-banggakan dirinya cenderung membandingkan kemampuannya dengan orang lain dan menganggap kemampuan orang lain tidak berharga.

Hal ini sebenarnya bukan tanpa alasan, sebab tujuan utama mereka memang ingin mendapat banyak pujian dari orang lain.

Pujian yang didapatkannya dari orang lain justru akan memberikan semangat besar bagi diri pribadinga untuk melakukan kesombongan lain lagi yang jauh lebih besar.

Untuk itu, tidak ada habisnya jika meladeni orang seperti ini, Moms.

3. Punya Ribuan Kata yang Tidak Ada Habisnya

Jangan heran ya, Moms kalau orang yang merasa benar sendiri memang seolah tidak pernah kehilangan kata-kata saat berbincang dengan orang lain.

Tentu hal ini sudah ada di dalam otak dan pikiran mereka karena ada banyak stok kalimat-kalimat yang siap dituangkan melalui sebuah perdebatan.

Meski perbendaharaan kalimat mereka melimpah, sayang sekali isinya biasanya tak jauh-jauh dari kata kasar, seperti:

  • Makian
  • Hinaan
  • Pelecehan
  • Bualan

4. Merasa Dirinya Paling Benar

Sebenarnya sah-sah saja sesekali untuk membanggakan diri atas pencapaian dan kemampuan yang dimiliki.

Namun, berbangga hati atas kemampuan diri dengan cara menginjak orang lain tentu saja bukan bentuk cerminan manusia yang beretika.

Orang yang merasa paling benar, biasanya akan mendapatkan kebahagiaannya dengan membangga-banggakan diri, seolah ia adalah manusia paling hebat di dunia.

5. Si Tukang Provokasi

Moms perlu berhati-hati jika dekat dengan orang yang suka merasa paling benar.

Tak cukup dengan membanggakan dirinya sendiri, mereka juga biasanya akan memprovokasi orang-orang di sekitarnya untuk menyetujui pendapatnya.

Orang-orang yang selama ini masih memiliki perilaku baik bisa saja mereka manfaatkan untuk ikut membenarkan isi otak dan pendapat pikirannya.