Pengingat !! Mereka yang Merugi Selama Ramadhan disebabkan Dua Perkara

Advertisements

Ulama lainnya menyebut bahwa yang dimaksud _setan-setan dibelenggu_ adalah sebagian dari mereka, yakni kalangan pembesar dari para setan. Sebagian lagi menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan _setan-setan dibelenggu_ adalah mereka dilemahkan sehingga tidak mampu mengganggu dan memperdaya syahwat.

_Keempat_, Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya pahala dilipatgandakan. Allah SWT berfirman dalam hadis qudsi:

‹كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى›

_“Setiap amal kebaikan manusia akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat.” Allah SWT berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalaskan pahalanya. Hal itu karena orang yang berpuasa telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.”_ (HR al-Bukhari dan Muslim).

*Menjaga Ketaatan*
Bergembira dan bersemangat menyambut Ramadhan seharusnya mengisi rongga dada seorang Mukmin. Karena setiap Mukmin sejatinya paham betapa besar kemuliaan dan balasan kebaikan yang Allah limpahkan pada orang-orang yang beramal salih selama bulan Ramadhan.

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali berkata; _“Sebagian salaf berkata, ‘Dulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih selama Ramadhan yang lalu) mereka.’” _(Ibnu Rajab, _Lathâ’if al-Ma’ârif_, hlm. 232).

Kegembiraan itu karena selama satu bulan mereka akan dinaungi keberkahan, yang di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya setiap doa dikabulkan, ampunan diberikan dan ganjaran amal dilipatgandakan. Orang-orang yang berpuasa selama Ramadhan juga dibahagiakan dua kali oleh Allah SWT, yakni saat berbuka puasa dan saat berjumpa dengan-Nya kelak di dalam surga-Nya.

Meski demikian, sikap mawas diri juga sepatutnya dimiliki. Sebabnya, Nabi saw. mengingatkan bahwa ternyata ada orang-orang yang justru merugi manakala Ramadhan tiba dan berlalu. Sabda beliau:

‹قَالَ لِي جِبْرِيلُ: رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَقُلْتُ: آمِينَ›

_Jibril as. berkata kepada diriku, “Sungguh sangat merugi seseorang yang masuk ke dalam bulan Ramadhan, lalu tidak diampuni dosanya.” Aku pun mengucapkan: Âmîn (Ya Allah, kabulkanlah).”_ (HR al-Bukhari).

Mereka yang merugi selama Ramadhan disebabkan dua hal. _Pertama_: Mereka mengerjakan ibadah shaum, tarawih dan beragam amal lainnya bukan karena iman dan mengharap ridha Allah SWT. Mereka beribadah dengan riya dan _sum’ah_, seperti untuk pencitraan. Saat demikian, gugurlah pahala-pahala dan kesempatan mendapatkan _maghfirah_ Allah SWT. Sebabnya, syarat untuk meraih _maghfirah_-Nya adalah beramal semata-mata karena iman dan mengharap ridha-Nya. Rasulullah saw. bersabda:

‹مَن صَامَ رَمَضَانَ، إيمَانًا واحْتِسَابًا، غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ›

_Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan semata-mata mengharap ridha Allah maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu_ (HR al-Bukhari).

_Kedua_, mereka berpuasa hanya menahan lapar dan haus saja, sementara lisan dan badan mereka terus melakukan kemaksiatan. Rasulullah saw. bersabda:

‹رُبَّ صائمٍ حَظُّهُ مِن صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ›

_Boleh jadi orang yang berpuasa itu ganjaran dari puasanya hanya rasa lapar dan dahaga_ (HR al-Bukhari).

Dalam Hadis Nabi saw. yang lain juga dinyatakan:

‹مَن لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ والعَمَلَ بِهِ، فليسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ في أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وشَرَابَهُ›.

_Siapa saja yang tidak meninggalkan kedustaan dan tetap melakukan kemaksiatan, Allah tidak membutuhkan amalan (puasa)-nya yang di dalamnya dia meninggalkan makanan dan minumannya_ (HR al-Bukhari).

Termasuk kemaksiatan di sini adalah sengaja mencampakkan hukum-hukum Allah SWT; memfitnah dan menyebar permusuhan kepada sesama Muslim; serta berkolaborasi dengan orang-orang zalim, padahal Allah SWT telah mengingatkan agar jangan cenderung kepada orang-orang zalim (Lihat: QS Hud [11]: 113).

Karena itu sambutlah Ramadhan dengan kesiapan iman dan takwa. Jadikan Ramadhan tahun ini sebagai kesempatan melakukan perubahan diri menjadi insan yang lebih baik di hadapan Allah SWT. Totalitas dalam ketaatan bukan hanya sesaat selama Ramadhan, lalu melupakan Allah SWT serta perintah dan larangan-Nya begitu Ramadhan usai. Sungguh, kita mengharapkan rahmat dan ampunan Allah SWT setiap saat agar diri ini layak melewati pintu _Rayyan_ di surga-Nya yang telah disiapkan bagi orang-orang yang berpuasa dengan penuh ketaatan.

_WalLâhu a’lam bi ash-shawâb_.[]

*Hikmah:*

مَن يَعْزِمُ عَلىَ تَرْكِ اْلمَعَاصِي فِي شَهْرِ رِمَضَانَ دُونَ غَيْرِهِ؛ فَلَيْسَ هَذَا بِتَائِبٍ مُطْلَقًا!

_Siapa saja yang bertekad meninggalkan maksiat pada bulan Ramadhan saja, tanpa memiliki tekad yang sama pada bulan-bulan lainnya, ia bukanlah orang yang benar-benar bertobat._ (Ibnu Taimiyah, Majmû’ al-Fatâwâ, 10/743). []