INILAH WAJAH GAZA SEBELUM MILITER ISRAEL AGRESIF

Pada Desember 1967, Front Populer Marxis-Leninis untuk Pembebasan Palestina dibentuk. Selama dekade berikutnya, serangkaian serangan dan pembajakan pesawat oleh kelompok sayap kiri menarik perhatian dunia terhadap penderitaan rakyat Palestina. Pembangunan pemukiman dimulai di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki. Sistem dua tingkat diciptakan di mana pemukim Yahudi diberikan semua hak dan keistimewaan sebagai warga negara Israel sedangkan warga Palestina harus hidup di bawah pendudukan militer yang mendiskriminasi mereka dan melarang segala bentuk ekspresi politik atau sipil.

Perpecahan Palestina dan Blokade Gaza

Di tahun 2004, Yasser Arafat, pemimpin PLO meninggal. Setahun kemudian, untuk pertama kalinya rakyat Palestina memberikan suaranya dalam pemilihan umum. Di tahun 2006, Hamas memenangkan pemilihan Palestina, sebagian karena reaksi atas korupsi dan stagnasi politik dari partai Fatah yang berkuasa. Pemimpin Hamas Ismail Haniya menjadi Perdana Menteri. Namun, memburuknya hubungan antara Hamas dan Fatah menyebabkan kekerasan.

Ada pecah perang saudara antara Fatah-Hamas. Sehingga, kesepakatan untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional pun gagal. Saat itu, Hamas memimpin pengambilalihan Gaza dengan bersenjata, sedangkan Fatah terus mengendalikan Otoritas Palestina di Tepi Barat. Sejak saat itu, pemilu tidak diadakan lagi. Perang tersebut berlangsung berbulan-bulan yang menewaskan ratusan warga Palestina. Hamas mengusir Fatah dari Jalur Gaza, dan Fatah (partai utama Otoritas Palestina) kembali menguasai sebagian wilayah Tepi Barat. Israel memberlakukan blokade darat, udara, hingga laut di Jalur Gaza di tahun 2007. Mereka juga menuduh Hamas melakukan “terorisme”.

Intifada Al-Aqsa

Permusuhan Israel dan Palestina semakin meningkat setelah terjadinya intifada Al Aqsa pada September 2000, usai kunjungan pemimpin oposisi Israel ke Al-Aqsa yang memicu kerusuhan. Masih di tahun 2000-an tepatnya pada 2008, kembali terjadi intifada atau pemberontakan setelah Israel meluncurkan serangan udara dan darat ke Jalur Gaza. Kemudian di Mei 2010, Israel memblokade seluruh jalur bantuan ke Palestina dan tentara Israel menembaki kapal bantuan Mavi Marmara.

Berikut Video Wajah Gaza Sebelum Terjadi Konflik

 

 

Perang Jalur Gaza

Israel telah memberikan empat serangan militer berkepanjangan di Gaza, yakni dari tahun 2008, 2012, 2014, dan 2021. Lancaran serangan itu pun telah menewaskan ribuan warga Palestina dan merusak puluhan ribu rumah, sekolah, dan gedung perkantoran. Tahun 2008, perang melibatkan penggunaan gas fosfor. Kemudian, pada tahun 2014, perang dalam kurun waktu 50 hari, Israel telah menewaskan 1.462 warga sipil dan hampir 500 anak-anak.

Pada tahun 10 Mei 2021, Israel kembali meluncurkan serangan ke Masjid Al-Aqsa, yang dipicu oleh perebutan wilayah Yerusalem Timur tepatnya Sheikh Jarrah. Sekitar 11 hari perang, kedua negara menyepakati gencatan senjata dan gencatan senja pun dimulai pada Jumat, 21 Mei 2021.

Serangan Hamas ke Israel Tahun 2023

Pada 7 Oktober lalu, Hamas menyerang Israel dengan menembakkan ribuan roket ke arah Israel. Ada sekitar 1.400 orang Israel tewas dan 4.562 lainnya terluka. Kemudian pasukan Israel pun menanggapinya dengan mendeklarasikan “keadaan waspada perang”. Serangan balasan Israel di Jalur Gaza, pun kini menjadikan konflik ini menjadi wilayah yang belum dipetakan. Dilansir dari ABC News, setelah serangan Israel, pihak berwenang Palestina menyebut bahwa setidaknya 3.478 orang tewas dan 12.065 lainnya terluka di Gaza.

Para pejabat pertahanan Israel membeberkan bahwa semua aliran makanan dan listrik ke Gaza akan diputus. Hal ini dilakukan sebagai persiapan untuk “pengepungan total.” Serangan-serangan itu telah menimbulkan perhatian baru dan memicu protes di seluruh dunia. Konflik ini pun akan menjadi tanda dimulainya babak baru di tahun-tahun mendatang. **