Lebih lanjut, Kiai Miftah mengatakan situasi yaumul haraj yang juga disebut sebagai era disrupsi atau era yang tidak menentu.
Dalam hal ini, kata dia, banyak orang yang langsung datang ke umat tanpa kulo nuwun (minta izin, red.) kepada pimpinannya dan itu datang setiap lima tahun sekali.
“Sudah tidak ada unggah-ungguh (sopan-santun, red.) bagaimana mereka menemui umat. Umat ini ada pimpinannya, tapi nyelonong, dan itu sering terjadi,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Pimpinan Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya itu juga memaparkan beberapa tanda-tanda akan segera datangnya kiamat lainnya.
Bahkan, Salah satu hal yang menarik seputar kiamat ialah perihal apakah setelah kiamat, alam semesta ini musnah hingga tak berbekas atau dengan adanya peristiwa kiamat ini alam semesta ini berubah wujud?
Pertanyaan ini sangat wajar mengingat dalam beberapa riwayat digambarkan alam semesta hancur saat kiamat terjadi. Di sisi lain, ada pula fase Yaumul Ba’ats di mana manusia dibangkitkan dari lokasi jasadnya berada.
Pertanyaan-pertanyaan ini dijawab oleh salah seorang mufassir dan hufaz tersohor yang lahir pada tahun 1300 M di Bushra yang merupakan putra dari ulama fiqih dan orator ulung yang bernama Al-Khathib Syihabuddin Abu Hafsh umar bin Katsir.