Meski demikian Romo Magnis Suseno menegaskan perbuatan Richard tetap merupakan sebuah kesalahan meskipun dalam pandangan etika hal tersebut dapat menurunkan kadar kesalahan.
“Meskipun dia ragu-ragu dia bingung itu tidak berarti sama sekali tidak ada kesalahan, tetapi itu jelas menurut etika sangat mengurangi kebersalahan,” kata dia.
Richard dinilai terjebak dalam situasi kebingungan antara menjalankan perintah dari atasan dan perasaan ragunya. Hal itu membuatnya tidak mampu berpikir bebas karena terjadi dalam waktu yang begitu cepat.
“Situasi bingung dalam budaya perintah laksanakan berhadapan dengan atasan yang sangat tinggi mungkin ditakuti. Kebebasan hati untuk masih mempertimbangkan dalam waktu berapa detik yang tersedia mungkin tidak ada,” jelasnya.
Dalam pandangan etika, kesadaran Richard memiliki peran penting. Dua norma yang mengikat Richard sebagai anggota Polri dan sebagai manusia membuatnya kebingungan pada saat menembak Yosua.
“Dia bingung karena berhadapan dengan dua norma yang satu mengatakan menembak mati orang yang sudah tidak berdaya tidak bisa dibenarkan titik,” ucap dia.
“Yang menjadi marah kan (tetap) dijalankan juga walaupun tak setuju, nah berarti ini konfrontatif,” Romo Magnis menambahkan.