Menarik !! ” Berguru Pada IBLIS” dan Maknanya

Advertisements

Jika peristiwa kekafiran Iblis ini kita telaah lebih dalam, maka kita akan mengetahui bahwa Iblis menolak sujud kepada Adam karena satu alasan, yaitu bahwa ia merasa lebih baik dari Adam.

Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.
Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”.
Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”.

Dengan jawaban Iblis itu, kita jadi tahu, bahwa Iblis menolak untuk bersujud kepada Adam karena dia menganggap bahwa perintah itu merupakan suatu perintah yang salah, tidak layak ditujukan kepadanya.

Menurut pandangan Iblis, tidak seharusnya Allah memerintahkan hal yang demikian.
Perintah itu dianggap oleh Iblis sebagai suatu hal yang tidak beralasan, sekaligus merupakan suatu bentuk pelecehan terhadap harga dirinya sebagai makhluk yang terbuat dari api.

Jadi Iblis menganggap bahwa Allah telah memberi perintah untuk melakukan sesuatu yang tidak layak bagi dirinya.
Berarti dalam pandangan Iblis, Allah telah melakukan suatu kesalahan.

Inilah yang membuat Iblis dianggap kafir oleh Allah.
Sebab, tidaklah seseorang menganggap bahwa Allah telah melakukan suatu kesalahan kecuali orang2 yang tidak percaya dengan ke-MahaBijaksanaan Allah.

Bukankah Allah adalah Dzat yang Maha Pencipta, Maha Tinggi, Maha Adil, Maha Tahu, Maha Bijaksana, yang jauh dari kesalahan sekecil apa pun?
Lantas kenapa Iblis berani mengajukan argumen untuk mendebat keputusan Allah?.
Apa dia telah merasa lebih pandai dari Allah?.
Apa dia sudah ingkar dengan kebesaran Allah?.
Maka cap Kafir pantas diberikan kepada Iblis.

Maka barang siapa memiliki anggapan bahwa ada suatu perintah Allah yang tidak layak bagi manusia, ada hukum Allah yang salah, ada keputusan Allah yang tidak benar, ada seruan Allah yang tidak tepat, maka dia termasuk orang yang kafir.
Itu jika apa yang dia tolak adalah sesuatu yang qath’i dalam Islam, seperti perintah shalat lima waktu, zakat, haji, shaum Ramadhan, perintah berjilbab, hukuman potong tangan bagi pencuri, hukum dera bagi pezina, hukum jizyah bagi kafir dzimmi, dan hukum2 lain yang dijelaskan oleh Allah di dalam ayat2 Al Qur’an yang qath’i atau hadits mutawatir yang qath’i.
Jika seseorang menolak semua itu secara sadar, maka dia kafir, seperti halnya Iblis.

Saudara2ku, tidakkah kita lihat, bahwa orang yang memiliki sifat seperti Iblis ini tersebar luas di sekitar kita?
Bukankah banyak di antara manusia mengajukan berjuta alasan untuk mencampakkan hukum2 Allah yang qath’i?.
Tidakkah melihat, bahwa mereka merasa memiliki sesuatu yang lebih baik dari apa yang diperintahkan oleh Allah?
Tidakkah mendengar, mereka telah mengatakan bahwa hukum Allah itu tidak lagi up to date, tidak cocok dengan budaya kita, tidak cocok dengan peradaban modern, tidak cocok dengan HAM, tidak sesuai dengan semangat emansipasi, anti demokrasi, tidak sesuai dengan perkembangan zaman, dan seabrek alasan yang lain.
Mereka semua serupa dengan Iblis dalam hal tidak percaya dengan Kebijaksanaan Allah.

“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.
Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik”.
(Al An’am: 57)

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”.
(Al Ma’idah: 50)

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar, dan kami patuh”.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
(An Nuur: 51)

*Dari sosok Iblis ini, ada satu yang patut kita pelajari.*
Yaitu konsistensi dan persistensi.
Itu si Iblis tidak ada lelahnya menggoda dan menggelincirkan manusia.
Iblis akan menggoda kita dari segala arah, diwaktu kita berdiri, duduk, bekerja, makan, bahkan diwaktu tidur.
Tidak berhasil dengan cara satu, dia akan coba cara kedua, dan seterusnya.

Dan Iblis tidak kenal waktu terus menggoda kita hingga kita meninggal nanti.
Tidak ada manusia yang lolos dari serbuan godaan Iblis ini, *sebagai alumni universitas langit.*
Nabi sekalipun juga terus digoda oleh Iblis.

Bahkan untuk menembus pertahanan orang2 suci seperti Nabi, Ulama2 dan Kiyai.., diutuslah Iblis2 yang sudah mendapat gemblengan dan kemampuan yang luar biasa.

Sehingga tidak jarang, seorang Kiyai yang se-hari2nya banyak memegang tasbih pun bisa tergoda oleh bujuk rayunya untuk *menjadi anggota DPR bahkan Wakil Presiden dengan 1001 macam argumentasi serta menyerahkan semua urusannya kepada keputusan suara terbanyak”.*

Di antara manusia ada yang memiliki hasrat dan semangat yang tinggi, sehingga mereka bisa mendalami berbagai cabang ilmu syariat, berupa ilmu Al-Qur`an, hadits, fiqih dan sastra.
Lalu Iblis mendatangi mereka dengan ajarannya yang lembut, sambil membisikkan kesombongan kepada mereka, karena mereka bisa mendalami berbagai macam ilmu dan bisa mengulurkan manfaat kepada orang lain.

Di antara mereka ada yang tidak pernah bosan menggali ilmu dan merasakan kenikmatan dalam penggalian ini, yang tentu saja karena bisikan Iblis.
Iblis bertanya kepadanya: “Sampai kapan engkau merasa letih melakukan semua ini?.
Tenangkan badanmu dalam memikul beban ini dan lapangkan hatimu dalam menikmati ilmu. Karena jika engkau melakukan kesalahan, maka ilmu dapat membebaskan dirimu dari hukuman.
Lalu Iblis membisikinya tentang kelebihan yang dimiliki para ulama.
Jika seseorang tertipu dan menerima bisikan serta ajaran Iblis ini, maka dia akan celaka.

*PESAN IBLIS YANG MENJADI GURU:*
“Ada sebuah proses simbiosis mutualisme, kerja keras dan pantang menyerah yang sangat mengagumkan bukan?
Dan kalian masih saja menyalahkan aku untuk kebodohan2 kalian sendiri…”.
Dan yang perlu kalian ingat, telah jelas dalam Al-Qur’an, *aku tak pernah secuilpun sujud pada manusia.*
Sesungguhnya aku hanya takut kepada Allah.
Tapi mengapa engkau tak bisa lebih baik dariku?. Engkau masih saja sujud kepada atasanmu, orang2 yang kalian lihat makmur dari segi materi.
Engkau masih sujud, takluk kepada yang kau anggap lebih dalam sebuah disiplin ilmu.
Engkau masih minder di hadapan orang yang mempunyai daya penguasaan dunia yang lebih baik.
Engkau masih saja terlena sujud dengan peradaban olah gerak manusia”.
Akhirnya *engkau tak lebih masih takut akan persepsi akalmu daripada takut kepada Allah….*
Kalau sudah begitu, bagaimana bisa derajatmu lebih tinggi dari aku… mana bisa engkau mengalahkanku!.
*Posisiku di level takut kepada Allah, sedang kalian belum, bahkan tidak !.*
Selaluuu saja Allah kalian jadikan objek bahasan, bukannya kau anggap sebagai subjek utama penentu gerak hidupmu…Engkau terlalu berani wahai manusia….
Ku beri tahu sedikit saja, ketaklukan dan ketersujudanmu atas sesama manusia itu tak lebih karena engkau *tak mampu membedakan takzim dan takut.*
Manusia yang seharusnya kamu takzimi malah kalian takuti.
Itu tak lebih hukum sebab akibat karena ketika kalian di atas angin, kalian masih sering me-nakut2ti orang entah dengan kekuasaan, harta, ilmu atau pengalaman2 kalian.
Ingatlah satu hal saja, aku adalah mahluk kesombongan yang terang gamblang.
Sedang kalian wahai Manusia…, adalah mahluk kesombongan tersembunyi.
Itu karena kalian sering lupa menutup bilik hati dengan pintu cinta.
Sehingga aku dengan mudah menelisip masuk menempati ruang kosong itu… “.
Aku hanya dibekali rasa takut se-mata2 hanya kepada Allah.
Sedang kalian lebih dari itu.
Jika kali juga punya rasa cinta pada Allah.
Kenapa tak pernah kalian pakai?.
Oh…seandainya engkau tahu bahwa aku tak bisa mengganggu para pecinta…., sebab aku mahluk kedengkian yang tertakdir, tak bisa bersatu memasuki wilayah cinta illahi.
Wilayah waliyullah….wilayah kekhusyukan sejati…
Wilayah di mana ruang penuh taburan cinta di setiap sudutnya.
Bagai surga yang di dalamnya tak ada perkataan sia2….
Hanya ada kata *Subhanallah”.*