lNGERI! Kisah Jasad Mustafa Kemal Attaturk Bau dan Ditolak Bumi Bertindak Radikal, Hoaks?

Sekiranya Kamal Attaturk ini lahir di zaman adanya Rasul pada saat ketika wahyu masih turun, bisa jadi namanya akan diabadikan seperti Fir’aun, Namrud dan Abu Lahab. Cara kematian yang Allah telah datangkan kepada mereka, orang-orang yang dzalim itu teramat tragis sekali. Kematian merekapun teramat unik.

Namrud, mati karena sakit kepala  akibat dimasuki oleh seekor nyamuk melalui telinganya. Setiap kali ia menjerit, dokter pribadinya memerintahkan dipukul kepalanya untuk mengurangi kesakitannya. Setelah lama bergelut dengan sakratul maut, akhirnya dia mati dalam keadaan tersiksa dan terhina. Begitu juga dengan Firaun yang mati lemas di dalam laut.

Nasib serupa dialami Mustafa Kamal Attaturk juga menerima pembalasan yang setimpal dari Allah. Menurut beberapa buku sejarah, kematian Kemal dikarenakan akibat over dosis  minuman keras. Ditambah lagi dengan berbagai penyakit  seperti penyakit kelamin, malaria , sakit ginjal dan lever. Dia meninggal dunia pada 10 November 1938, kulit di tubuh badannya rusak dengan cepat dan díganggu pula oleh penyakit gatal-gatal.

Dokter sudah memberi bermacam-macam salep untuk diusap pada kakinya yang sudah banyak luka-luka karena tergaruk oleh kukunya. Walaupun begitu dia masih sangat angkuh. Di akhir-akhir hayatnya yaitu ketika menderita sakratul maut.

Anehnya dia takut sekali berada di istananya dan tubuhnya merasa panas maka ia ingin dibawa ke tengah laut dengan kapalnya. Bila penyakitnya bertambah, dia tidak dapat menahan diri daripadanya kecuali menjerit. Jeritan itu semakin kuat (hingga kedengaran di sekeliling istana). Dia berteriak kesakitan dalam sakratul mautnya dengan penuh siksa di tengah-tengah laut.

Dr. Abdullah ‘Azzam dalam buku ‘Al Manaratul Mafqudah’, menjelaskan detik-detik menjelang ajal sang hina Mustafa Kemal Attaturk. Menurutnya, sebuah cairan berkumpul di perutnya secara kronis. Ingatannya melemah, darah mulai mengalir dari hidungnya tanpa henti. Dia juga terserang penyakit kelamin (GO). Untuk mengeluarkan cairan yang berkumpul pada bagian dalam perutnya (ascites), dokter mencoblos perutnya dengan jarum. Perutnya membusung dan kedua kakinya bengkak. Mukanya mengecil. Darahnya berkurang sehingga Mustafa pucat seputih tulang.

Dalam Kitab ”Al-Jaza Min Jinsil Amal” Karangan Syeikh Dr. Sayyid Husien Al-Affani disebutkan, walaupun Attaturk dikelilingi para dokter, namun penyakit kangker hatinya baru di ketahui pada tahun 1938 padahal dia telah merasakan pedihnya penyakit tersebut sejak 1936.

Pada Kamis tanggal 10 oktober 1938, Kamal Attatruk terlempar ke ‘sampah sejarah’ setelah ia mengalami sakaratul maut sebulan lamanya yang tidak ada satupun dari pembantu dan para dokternya yang berani mendekati dia ketika itu.

Setelah 9 hari, barulah mayatnya disembahyangkan, itupun setelah didesak oleh seorang adik perempuannya. Kemudian mayatnya telah dipindahkan ke Ankara dan dipertontonkan di hadapan Grand National Assembly Building. Pada 21 November, ia dipindahkan pula ke sebuah tempat sementara di Museum Etnografi di Ankara yang berdekatan  gedung parlemen.

Lima belas tahun kemudian yaitu pada tahun 1953, barulukit di Ankara.

Fakta Pemakaman Mustafa Kemal Ataturk

Seperti dicatat oleh banyak sumber, Ataturk meninggal di Istana Dolmabahce di kota Istanbul pada 10 November 1938 pukul 09.05 pagi. Ia saat itu berusia 57 tahun dan diduga meninggal karena mengalami pengerasan liver.

Tak sesuai rumor di atas, jenazah Ataturk dirawat oleh Prof Mehmet Kamil Berk, salah seorang penandatangan sertifikat kematian Ataturk, dengan tatacara Islam. Tubuh Ataturk memang dibalsem karena proses pemakaman kemungkinan akan tertunda selama beberapa hari.

Pembalseman dilakukan oleh Prof Lutfi Aksu dari Gulhane Military Medical Academy (GMMA) di Ankara, seperti ditulis koran Hurriyet pada tahun 1998. Jenazahnya disemayamkan sementara saudarinya Makbule Atadan, para pejabat tinggi Turki dan orang berpengaruh lainnya memberi penghormatan terakhir selama 3 hari penuh.

arak-arakan pemakaman Ataturk di tahun 1938
Arak-arakan dalam pemakaman Mustafa Kemal Ataturk di tahun 1938. (Foto: Wikimedia Commons)

Sebagai bentuk penghormatan terhadap ‘Bapak Pendiri Turki’, jenazah Ataturk sedianya hendak dimakamkan di puncak bukit tertinggi di kota Ankara, Rasattepe. Makamnya ini nantinya akan menjadi musoleum besar, dan oleh karenanya dibutuhkan waktu pembangunan selama 15 tahun.

Selama menunggu jadinya musoleum itu, jenazah Ataturk ditempatkan sementara di Museum Ethnography Ankara, di dalam sebuah sarkofagus marmer putih yang juga dibungkus dengan bendera Turki.

Dengan begitu bisa diketahui bahwa peletakan jenazah Ataturk dalam Museum Etnografi, dalam tatacara pembalseman, bukan karena “tanah tidak menerima” mayatnya, tapi karena ia sedang dicarikan tempat yang luhur oleh masyarakat Turki saat itu.

Pada tahun 1953, dengan rampungnya pembangunan musoleum Anitkabir, sarkofagus dibuka dan petinya dibawa keluar disaksikan sang adik, Presiden Celal Bayar, Ketua Parlemen Refik Koraltan, Perdana Menteri Adnan Menderes dan sejumlah pejabat tinggi Turki.

Setelah para ahli memastikan kondisi jenazah Ataturk, prosesi pemindahan peti dijalankan menuju ke tempat peristirahatan terakhirnya di Anitkabir. Majalah Times. saat itu memaparkan 138 prajurit muda berbaris mengawal iring-iringan sepanjang 3 kilometer. Sementara itu, 21 juta warga Turki berdiri mengheningkan cipta selama lima menit di seluruh penjuru negeri.

Selain pejabat publik dan pemimpin di negeri Turki saat itu juga hadir wakil pimpinan sejumlah agama di Turki, seperti Patriark Armenia, Patriark Yunani Ortodoks, Uskup Katolik Roma, Kepala Rabi Yahudi dan juga Presiden Urusan Agama Muslim di Turki.

(Al-Hikmah).