Ketua MPR RI Bamsoet Dorong Pemerintah Jajaki Kerjasama Indonesia – Korea Selatan dalam Pengembangan Energi Nuklir dan Energi Air

Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, secara global pada tahun 2019, total produksi PLTN di berbagai negara dunia sudah mencapai 2.796 terawatt (triliun watt) per jam. Lima belas negara produsen listrik bertenaga nuklir terbesar di dunia antara lain, Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, Korea Selatan, Kanada, Ukraina, Jerman, Jepang, Spanyol, Inggris. India, Taiwan, Brazil, Afrika Selatan, dan Meksiko.

TERBANG BERSAMA KARYA ANAK BANGSA N- 219 MENYONGSONG SEMINAR KEDIRGANTARAAN INDONESIA

Setelah pertemuan Conference of Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia tahun 2021 lalu, berbagai negara dunia sepakat menurunkan emisi karbon agar bisa menekan kenaikan suhu bumi dibawah 1,5 derajat Celcius. Dalam COP-26, pembicaraan penggunaan energi nuklir juga semakin menghangat untuk menurunkan emisi karbon. Dunia sepertinya sudah mulai pulih dari trauma kecelakaan nuklir Chernobyl di Ukraina maupun Fukushima di Jepang. Bahkan, Ukraina saja tetap menggunakan energi nuklir untuk memenuhi 53 persen sumber energinya.

“Sebagai pelaksanaan COP-26, Indonesia menargetkan emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Untuk mencapai target tersebut, secara bertahap akan menghentikan operasi PLTU serta memaksimalkan pemanfaatan EBT, termasuk didalamnya memanfaatkan energi nuklir dan energi air,” terang Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI/Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, pengembangan PLTN di Indonesia mulai mendapat titik terang usai Balitbang Kementerian ESDM menyelesaikan kajian PLTN yang akan dikembangkan PT PAL bekerjasama dengan Thorcon Internasional Pte Ltd, dengan kapasitas listrik 500 Megawatt.

“Sebenarnya sejak tahun 1970-an Indonesia sudah mulai merencanakan pembangunan PLTN. Berbagai upaya dan proses panjang telah dilalui, namun tidak kunjung membuahkan hasil signifikan. Kini setelah COP-26, dari berbagai kajian yang dilakukan pemerintah, lahir opsi penggunaan nuklir yang direncanakan dimulai pada tahun 2045. Hingga pada tahun 2060 nanti, diharapkan kapasitasnya bisa mencapai 35 Giga Watt (GW). Agar bisa terealisasi dengan baik, tidak ada salahnya kita belajar dari Korea Selatan” pungkas Bamsoet. (*)