Ketahui Ciri-Ciri Orang Mendapat Malam Lailatul Qadar

Lpkpkntb.com – Pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Cirebon. Prof. KH.Yahya Zainul Ma’arifLc.M.A.Ph.D

Menyampaikan, Selain puasa, ibadah lainnya yakni sholat sunnah siang dan malam, tadarus Alquran, dzikir, hingga sedekah hendaknya dimaksimalkan di sisa waktu bulan Ramadhan.

Baca Ini:

JADWAL LAILATUL QODAR MENURUT ULAMA RAMADHAN 1445 H

Ada satu malam yang didambakan seluruh umat Islam di dunia saat bulan suci, yakni Lailatul Qadar yang mana lebih baik dari seribu bulan.

Buya Yahya menuturkan orang-orang yang merindukan Lailatul Qadar di dalam hatinya maka akan mendapatkan kemulian malam yang lebih baik dari seribu bulan tersebut.

“Jika di dalam hati Anda ada kerinduan niscaya Anda akan mendapatkan Lailatul Qadar bahwa ada kemuliaan disitu, lupakan kisah bualan orang-orang yang mendapatkan Lailatul Qadar yang beredar di koran dan lainnya, sebab Lailatul Qadar disembunyikan Allah,” jelas Buya Yahya dilansir Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Buya Yahya.

Tanda-tanda secara fisik dijabarkan Buya Yahya, Rasulullah SAW menyebutkan adanya malam Lailatul Qadar yakni malam yang cerah, tidak panas atau dingin cuacanya, matahari terbit tidak menyengat.

Kendati demikian, tanda-tanda malam Lailatul Qadar bagi orang yang mendapatkannya akan tampak setelah bulan Ramadhan.

“Setelah Ramadhan Anda jadi seperti apa, yang pelit jadi dermawan, yang jarang ngaji jadi sering ngaji, itulah tanda Lailatul Qadar ada pada diri Anda, adanya perubahan dalam diri pertanda Allah memilih Anda menjadi orang yang mudah melakukan kebaikan,” papar Buya Yahya.

Sejumlah hadits membahas adanya kehadiran Lailatul Qadar di hari-hari terakhir bulan suci, sehingga Nabi Muhammad SAW menganjurkan ketika telah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah mengerjakan amalan ibadah lebih banyak dan semangat dari sebelumnya.

Sebagaimana hadits riwayat Bukhari dan Muslim berikut:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjimak), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari, no. 2024 dan Muslim,
no. 1174).

Buya Yahya mengimbau meski dianjurkan meningkatkan ibadah di 10 hari terakhir khususnya malam ganjil, namun hendaknya umat Islam tak pilih-pilih hari dalam melakukan amal shaleh.

“Jangan hanya memilih tanggal 21 atau 23 Ramadhan saja, bahkan ada yang mengagendakan malam Lailatul Qadar di tanggal tersebut di mesjid-mesjid seakan sudah pasti mendapatkannya, hal ini keliru, jika berlaku demikian maka di hari-hari lain mesjid itu akan sepi,” ucap Buya Yahya.

Karena itu, senantiasa umat muslim menghidupkan ibadah, sholat malam, i’tikaf, sedekah, dzikir dan lainnya di sepanjang malam 10 hari terakhir Ramadhan.

Surah Al Qadr ayat 1-5: