lpkpkntb.com- Tahun 1453 adalah masa sulit di Eropa. Kekaisaran Romawi yang dibanggakan oleh penduduk Benua Biru sepanjang Abad Pertengahan telah runtuh. Keruntuhan ini dibarengi pula oleh ditutupnya Konstantinopel, pusat rempah-rempah dan perdagangan Eropa, oleh Ottoman.
Akibatnya, penduduk Eropa tidak bisa lagi berdagang, dan khususnya, mengonsumsi rempah-rempah. Situasi ini lantas membuat mereka memutar otak. Hingga akhirnya, muncul gagasan menarik: dibanding merebut kembali Konstantinopel yang diprediksi bakal berdarah-darah, lebih baik mencari sumber rempah-rempah tersebut.
Saat itu, India – bukan Indonesia (dulu Nusantara) – diprediksi sebagai surga rempah-rempah. Jadi, mereka berlomba menuju negeri antah berantah bernama India.
Singkat cerita, gagasan ini disetujui para petinggi gereja dan kerajaan. Dari sinilah, Eropa lantas memasuki episode kehidupan baru, yakni Abad Penjelajahan (The Age of Exploration), yang dipelopori oleh Spanyol dan Portugis.
Dua kerajaan itu berlomba-lomba mengirimkan orang terbaiknya untuk mencari sumber rempah. Bagi para penjelajah momen ini menjadi peluang besar menutaskan hasrat penjelajahannya karena bisa berkelana dengan sponsor negara. Salah satu penjelajah tersebut bernama Ferdinand Magellan.
Sebagaimana dipaparkan Lynn Hoogenboom dalam Ferdinand Magellan: A Primary Source Biography (2006), Ferdinand Magellan sejak lahir pada 1480 sudah memiliki hasrat menguasai dunia. Dia mengidolakan Christopher Columbus, orang Portugis pertama yang menjelajahi samudera.
Namun, upaya menjelajahi dunia baru dilaksanakannya pada tahun 1505. Pada tahun itu dia tidak memimpin armada Portugis, tetapi ikut menumpang kapal pimpinan Francisco de Almeida.
Dalam buku Magellan: First to Circle the Globe (2009) disebutkan kapal tersebut berlayar ke India mengikuti rute Vasco da Gama: dari Portugis, menuju Tanjung Harapan, menyusuri Afrika Barat, dan sampai di Kalkuta, India.
Perjalanan, baik pulang atau pergi, mendulang sukses. Hanya satu peristiwa yang membuat situasi berubah.
Peristiwa itu saat Magellan menemui Raja Portugis, Manuel I, setelah pulang berlayar pada 1515. Dia datang untuk minta kenaikan gaji. Namun, permintaan itu ditolak bahkan Sang Raja menutup pintu bagi Magellan untuk memimpin pelayaran.
Merujuk paparan Ferdinand Magellan and The Quest to Circle the Globe (2006), penolakan tersebut membuat Magellan naik pitam dan kecewa karena ditolak dan tidak dihargai di tanah kelahirannya. Beruntung datang seorang kawan bernama Joao de Lisboa yang hendak menunjukkan rute baru menuju surga rempah-rempah selain India.
Rute tersebut berbeda dengan yang pernah ditempuh Magellan, yakni jalur Barat. Jadi, nanti kapal berlayar menyusuri ujung benua Amerika, melintasi Samudera Pasifik, dan tiba di surga baru rempah bernama Nusantara. Saat pulang kampung, barulah mengikuti rute yang sudah dibangun.