Menurut Kasmi, dia dan keluarganya selalu curiga kepada Hengki.
Sebab, sejak Jumiati menghilang, Hengki selalu menghindar bertemu dengannya dan keluarganya.
Jumiati mengakui jika mereka tidak pernah menanyakan keberadaan Jumiati kepada V dan adiknya.
“Kalau ke anaknya saya memang tidak pernah tanya. Saya hanya selalu bilang, mudah-mudahan pulang’ji nanti mama’ta nak,” ungkap Kasmi.
Menurut Kasmi, V dan adiknya juga tidak pernah cerita soal ibunya.
“Mungkin dia (V) tidak berani bilang karena takut,” ucapnya.
Kasus ini mulai terungkap setelah V dipukul oleh Hengki pada 7 April 2024.
Setelah dipukul oleh ayahnya, V mendatangi rumah Kasmi di Jl Rappocini, sekitar 5 kilometer dari Jl Kandea.
Usai menerima pengaduan V, Kasmi langsung membawa keponakannya itu ke Polrestabes Makassar untuk melaporkan tindak kekerasan yang dilakukan Hengki.
Saat diinterogasi polisi, V akhirnya mengungkap jika ibunya tidak pergi, tetapi telah meninggal di tangan ayahnya dan mayatnya di tanam di belakang rumahnya.
Di mata Kasmi, sosok Jumatia adalah istri setia dan tabah meski kerap diperlakukan kasar oleh suaminya.
Meski kerap mengalami tindakan fisik oleh suaminya, Jumatia, kata Kasmi, tidak pernah menceritakannya ke siapapun.
“Tidak pernah curhat. Dia orangnya sabar. Dia kalau sudah dipukul langsung datang ke rumahku, namun tidak pernah cerita. Datang saja bermalam. Tidak pernah memperlihatkan luka-lukanya,” ucap Kasmi.
Kasmi juga tahu bahwa adiknya itu adalah sosok ibu yang begitu sayang terhadap keluarganya.
“Dia orang setia dan sayang sama anaknya. Itu (tuduhan Hengki) bahwa Jumiati punya pacar di Lorong 1 (Jalan Rappocini), siapa orangnya? Kami punya orang tua di Lorong 1,” bebernya.
Kasmi dan keluarganya berharap agar Hengki dihukum mati.
Dihukum mati saja. Kasihan juga anaknya. Kita takut nanti dia (Hengki) dendam sama anaknya. Itu pertimbangan untuk anak, untuk kita juga keluarga,” harapnya.
Hasil pengakuan V ke Polisi
V masih kelas IV SD sedangkan adiknya baru berumur 5 tahun.
Saat ibunya, Jumiati (35), dibunuh oleh ayahnya sendiri, Hengki (42), pada tahun 2017 atau 7 tahun lalu.
Berikut pengakuan V kepada polisi mengutip akun Instagram jatanras_mksr.
“Waktu itu saya masih kelas IV SD. Sepulang sekolah saya melihat mama terbaring di lantai. Saya hampir tidak mengenalinya karena wajahnya sudah bengkak. 2 hari kemudian setelah pulang sekolah, saya masih melihat mama saya terbaring di tempat yang sama.
Saya melihat bapak saya membawa masuk ke dalam rumah pasir dan semen.
Kemudian memberitahukan kepada saya kalau ada yang bertanya semen itu untuk apa, saya harus jawab untuk membuat kolam ikan.
Bapak saya kemudian mengajari saya dan adik saya yang waktu itu masih berumur 5 tahun bahwa jika ada yang bertanya mama kamu kemana sampaikan bahwa mamamu pergi entah kemana.
Sebelumnya korban dituduh berselingkuh dan kabur dengan laki-laki lain, namun dibunuh oleh suaminya sendiri. **