Yusril tentu tidak asing di kalangan Muhammadiyah. Dia aktif di Majelis Hikmah PP Muhammadiyah masa kepemimpinan A.R. Fachruddin dan aktif pula mengajar di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Hubungannya dengan Persis dan Dewan Dakwah juga berlangsung sejak lama. Yusril memang murid Mohammad Natsir, tokoh penting bukan saja Masyumi, tetapi juga Persis dan Dewan Dakwah.
Keempat, selain aktif dalam gerakan Islam, secara pribadi Prabowo sudah mengenal Yusril sejak lebih dari 40 tahun yang lalu. Yusril termasuk orang kepercayaan Presiden Soeharto dan membantu Presiden Kedua RI itu sampai akhir hayatnya tanpa cacat sedikit pun. Dengan demikian, secara pribadi, nilai lebih ini tidak dimiliki oleh calon lain yang disebut-sebut sebagai bacawapres Prabowo.
Kelima, Yusril adalah tokoh yang mempunyai pengalaman internasional. Dia terlibat dalam penyusunan berbagai konvensi PBB sebagai instrumen hukum internasional. Yusril pernah beberapa kali memimpin delegasi Indonesia dalam sidang Dewan HAM PBB di Jenewa. Dia pernah pula menjadi Ketua Panitia Penyelenggara KTT Asia Afrika II (2004) dan Konfrensi Internasional Tsunami (2005). Pernah pula dia menjadi President dari Asian African Legal Consultative Organization berkedudukan di New Delhi (2003-2004).
Dengan menunjuk Yusril sebagai bacawapres, maka posisi Menteri Koordinator (Menko) bisa dibagi rata kepada Golkar, PAN, dan Demokrat. Sikap Yusril yang selama ini dikenal moderat dan kompromistis, akan lebih memudahkan kompromi dalam mengatur posisi menteri-menteri. Yusril pernah diminta bantuan pribadinya untuk menengahi konflik internal Golkar dan PPP. Dengan demikian, Yusril dapat berbuat banyak membantu Prabowo menengahi potensi ketegangan di antara partai-partai koalisi.
Jika analisis saya di atas bisa diterima, maka saya yakin ia akan jadi pukulan telak untuk Pasangan PDIP yang mungkin akan mengusung Mahfud MD. Karena akan ada pertarungan dua profesor hukum terkemuka di negeri ini dalam pertarungan Pilpres. Tetapi jika Prabowo tidak memilih Yusril Ihza Mahendra sementara jika PDIP memilih Mahfud MD, maka ini akan jadi kelemahan Paslon Koalisi Indonesia Maju. Posisi Anies Baswedan yang dikesankan sebagai intelektual Islam, juga dapat diimbangi Yusril dengan kapasitas intelektual yang dimilikinya. Selain mumpuni dalam ilmu hukum, Yusril mempunyai pendidikan S3 Ilmu Politik dan Filsafat Islam. Jarang-jarang ada orang yang berminat menggabungkan disiplin ilmu yang berbeda itu.
Saya berpendapat Yusril bisa menjadi bacawapres jalan tengah dari Koalisi IM pimpinan Prabowo. Insya Allah, dia bukan saja dapat diterima sebagai kompromi kubu IM, tetapi juga sebagai kompromi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. ***
Oleh Muhammad Al-Fatih