“Pertimbangan yaitu di Lombok Barat masih memiliki lahan.
Kalau di Mataram, tentu kita sama-sama ketahui lahan yang luas tidak ada. Sedangkan di Lombok Tengah sudah banyak pembangunan disana.
Kalau di Lotim jaraknya terlalu jauh, begitu halnya dengan Kabupaten/Kitab lainnya,” ucapnya Mori. ini.
Selain itu secara akomodasi dan transportasi di Kabupaten Lombok Barat dekat dengan pusat Kota Mataram sebagai Ibu Kota Provinsi NTB, sehingga cukup tersedia dan lengkap, seperti hotel-hotel.
“Kenapa tidak di bangun di Kota Mataram, karena kalau di Mataram sudah tidak ada lahan. Kalau di Lombok Tengah, sudah lengkap sebagai “sport tourism” ada MotoGP, WSBK dengan keberadaan Sirkuit Mandalika di situ,” katanya.
“Terus kenapa tidak di kabupaten dan kota di Pulau Sumbawa. Itu lebih kepada terkait akomodasi dan akses transportasi. Karena kita akan menampung 60 ribu orang sehingga tidak mendukung kalau di bangun di Pulau Sumbawa,” sambung Mori Hanafi.
Oleh karena itu, sebagai gantinya untuk di kabupaten dan kota lain akan dibangunkan GOR Mini, seperti di Bima, Sumbawa, dan Lombok Timur.
“Itu pun untuk bangun GOR Mini tidak main-main anggarannya saja sampai Rp100 miliar,” ungkapnya.
“Untuk Atletik misalnya nanti kita siapkan total di GOR Turide, makanya nanti ini kita akan revitalisasi GOR Turide.
Begitu juga yang lain kita akan revitalisasi sehingga semua venue untuk PON berstandar internasional,” ujar Mori Hanafi.
Diharapkan melalui pembangunan pusat olahraga baru maupun GOR Mini dan revitalisasi lokasi pertandingan yang ada, nantinya bisa dimanfaatkan oleh masing-masing kabupaten dan kota untuk melakukan pembinaan olahraga maupun kegiatan lainnya.
“Jadi pembangunan ini dihajatkan untuk percepatan pembangunan di masing-masing wilayah dan tentunya masyarakat setempat,” katanya.
Sebelumnya NTB resmi ditetapkan sebagai tuan rumah PON ke-22 tahun 2028 bersama Nusa Tenggara Timur (NTT).
Penetapan tuan rumah NTB dan NTT dilaksanakan dalam Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa di Hotel Sultan Jakarta, Selasa (13/9/22). **