Alasan kedua adalah konsilidasi kelompok pemilih rezim pemerintahan akan mudah terbangun.
Karena hanya satu poros saja yang diusung oleh kelompok rezim. “Tentu asosiasi pemilih jokowi cenderung solid,” ungkapnya.
Sehingga tergambar jika pada Pilpres mendatang hanya dua faksi pemilih saja. Pemilih antitesa rezim dan juga pemilih rezim Jokowi.
Dimana kelompok tidak puas rezim Jokowi akan cenderung ke Anies. Begitupun sebaliknya. Para pendukung rezim Jokowi memilih figur yang direstui oleh Jokowi.
Beda cerita jika terjadi skenario tiga pasang capres. Anies, Prabowo dan juga Ganjar. Dalam simulasi ini, potensi Anies memenangkan pertarungan cukup terbuka. Walaupun potensi dua putaran bakal terjadi.
Mengapa Anies berpeluang? Karena konsetrasi pemilih rezim Jokowi akan terpecah walaupun Ganjar akan lebih unggul dari Prabowo dalam menggaet pemilih Jokowi.
Menurutnya di kelompok antitesa rezim, tentu solid ke Anies. Sehingga peluang figur masuk ke putaran selanjutnya hanya Anies dan Ganjar saja.
Lalu kemana migrasi pemilih prabowo jika putaran kedua? “Tentu kecenderungannya lebih besar ke Anies. Faktor irisan suara antara Anies dan Prabowo cukup kuat,” tandasnya. dilansir melalui Wartaekonomi.co.id.