Ketika sang ayah akan meninggal, ia berdoa: “Ya Allah, jadikanlah anakku tetap dalam ketaatan kepada-Mu di tempat yang tidak dapat diketahui oleh para syaitan!”
Setelah kewafatan kedua orang tuanya, pemuda itu berjalan-jalan ke tepi pantai dan melihat kubah tersebut yang dalam keadaan terbuka. Ia masuk karena ingin mengetahui keadaan di dalamnya. Tetapi tiba-tiba kubah tersebut tertutup dan dibawa malaikat ke dasar lautan yang terdalam. Maka ia menghabiskan waktu hanya dengan beribadah kepada Allah di dalam kubah tersebut.
Nabi Sulaiman berkata: “Pada masa siapakah engkau hidup saat itu?”
“Masa Nabi Ibrahim AS…” jawab pemuda itu.
Berarti pemuda itu telah tinggal di kubah itu selama sekitar 1.400 tahun, tetapi sama sekali tidak tampak ketuaan di wajah pemuda tersebut, bahkan satu ubanpun tidak tampak di rambutnya.
Nabi Sulaiman berkata lagi: “Bagaimana dengan makan minummu?”
“Setiap harinya kubah ini naik ke permukaan, dan seekor burung membawakan makanan dan minuman sebesar kepala orang dewasa. Saya bisa merasakan semua jenis makanan di dunia ini, yang membuat saya selalu puas dan kenyang, hilang semua rasa haus dan lapar, panas dan dingin, jemu dan malas, bahkan tidak ada rasa kantuk dan ingin tidur sehingga saya bisa menghabiskan waktu untuk beribadah kepada Allah.”
Nabi Sulaiman memandang pemuda itu penuh kekaguman. Walaupun segala mu’jizat dan kelebihan yang diberikan Allah kepadanya sangat mengagumkan, tetapi bagi Nabi Sulaiman, apa yang dialami pemuda itu jauh lebih mengagumkan lagi. Apalagi pemuda itu bukan seorang nabi dan rasul, tetapi seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya yang memperoleh kemuliaan (karamah) itu karena doa kedua orang tuanya.
Nabi Sulaiman berkata: “Maukah engkau tinggal bersama kami?”
Pemuda itu berkata: “Kembalikanlah saya ke tempat semula, dan biarkanlah saya terus beribadah kepada Allah sampai waktu yang dikehendaki Allah!”
Nabi Sulaiman keluar dari kubah tersebut dan memerintahkan Ashif untuk mengembalikan kubah itu ke tempatnya semula. Ashif menadahkan tangan dan berdoa, maka perlahan kubah itu masuk ke dalam air, dan pemandangan kembali seperti semula, hanya hamparan air dan pasir yang seolah tidak terbatas. Demikian kisah yang dapat di jadikan barometer dalam kehidupan sehari-hari. semoga bermanfaat.
Sumber Artikel: dutaislam.com