INILAH 5 WASIAT NABI ADAM AS DALAM KITAB QASAS AL-ANBIYA

lpkpkntb.com – Di jelaskan dalam Kitab Qasas al-Anbiya sebagaimana diceritakan Salim Umar Alattas disebutkan, setelah menderita sakit selama 11 hari, Nabi Adam wafat. Ketika masih sakit, Nabi Adam berwasiat kepada nabi Syith untuk menggantikan kepemimpinannya. Nabi Adam  mengingatkan Syith untuk menjaga kerahasiaan penyerahan mandat ini agar jangan sampai diketahui oleh Qabil, si pendengki.

Nabi Syith diangkat sebagai Nabi menggantikan ayahnya Nabi Adam. Beliau termasuk guru Nabi Idris yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, menjinakkan kuda. Foto Ilustrasi/dok.lpkpkntb.com./net.

Namun kita ketahui dulu, Nabi Syith diangkat sebagai Nabi menggantikan Nabi Adam. Beliau termasuk guru Nabi Idris yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, menjinakkan kuda dan lain-lain.

Menurut Ibnu ‘Abbas, ketika Syith dilahirkan, Nabi Adam berusia 930 tahun. Nabi Adam memilih Syith karena memiliki kelebihan dari segi keilmuan, kecerdasan, ketakwaan dan kepatuhan dibandingkan dengan semua anaknya yang lain.

Sebagai Nabi, Syith menerima perintah-perintah dari Allah yang tertulis dalam 50 sahifah. Demikian keterangan dari Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar al-Ghifari sebagaimana dikutip dalam Tarikh Thabari. Nabi Syits memilih bertempat tinggal di Mekkah. Beliau membangun kembali Ka’bah dengan lumpur kental dan tumpukan batu-batu.

Dalam memilih pemimpin, Nabi Adam menjadikan ketakwaan, kecerdasan dan ketaatan sebagai kriteria utama. Beliau menepikan faktor usia, postur tubuh, kekuatan fisik dan aspek-aspek lainnya.

Nabi Adam as. berwasiat kepada salah satu putranya, yaitu Nabi Syits tentang lima hal (Lihat Kitab Mukasyafatul Qulub, Hal. 87). Beliau menyuruh agar wasiat ini juga disampaikan pada cucu-cucunya kelak.

Dalam memilih pemimpin, Nabi Adam menjadikan ketakwaan, kecerdasan dan ketaatan sebagai kriteria utama. Beliau menepikan faktor usia, postur tubuh, kekuatan fisik dan aspek-aspek lainnya.

Berikut kelima wasiat/nasehat Nabi Adam kepada Nabi Syith:

1) jangan merasa nyaman hidup di dunia. Karena dulu aku bersenang-senang di surga, tapi akhirnya aku dikeluarkan darinya. Dalam artian, hidup di dunia jangan sampai terlena. Tapi juga jangan sampai merana. Dunia hanyalah senda gurau belaka. Dunia penuh tipu muslihat. Ia hanya panggung sandiwara. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Hadid (57) : 20,

Jadi, pergunakan sebaik mungkin umur yang dimiliki. Jangan selalu merasa tenang atas dosa yang dilalukan, sekecil apapun.