Harga yang jauh berbeda antara pangkalan resmi dan pengecer juga memunculkan pertanyaan mengenai pengawasan distribusi dan penjualan gas elpiji 3 kg.
Beberapa warga lainnya menyebut bahwa stok gas elpiji di pangkalan sering habis, sehingga mereka terpaksa membeli di pengecer meski harganya jauh lebih mahal. “Kalau di pangkalan sering kosong, ya, mau tidak mau beli di warung. Tapi harga segitu sangat memberatkan,” tambah seorang warga.
Masyarakat berharap pemerintah daerah dan instansi terkait segera mengambil langkah tegas untuk mengatasi masalah ini.
Pengawasan distribusi elpiji bersubsidi perlu diperketat agar harga tetap sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah, sehingga tidak memberatkan masyarakat kecil yang sangat membutuhkan gas elpiji tersebut.