“Alhasil, dengan rasa syukur, SK tentang Hari Santri Nasional pun dikeluarkan oleh Presiden,” jelas Kiai Said.
Perayaan perdana pun diadakan dengan khidmat di Tugu Kemerdekaan, Jakarta. Acara itu dihadiri oleh berbagai pejabat tinggi negara, termasuk Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo.
Hari Santri Bukan Hanya Simbol
“Ini adalah sebuah penghargaan dan pengakuan terhadap peran serta santri dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pengorbanan dan kebesaran santri dalam membela tanah air dan agama, kini mendapatkan tempat yang terhormat dalam bentuk peringatan Hari Santri Nasional,” tutur Kiai Said.
Hari Santri Nasional bukan hanya sekedar simbol atau peringatan tahunan, tapi menjadi pengingat akan spirit santri yang telah berjuang. Berkorban untuk negeri ini. Momentum ini menjadi refleksi atas dedikasi dan keteguhan santri dalam menjaga nilai-nilai luhur dan integritas bangsa dari masa ke masa.
Kiai Said, dalam peran pentingnya, tidak hanya mengawal proses penetapan hari ini tapi juga menjaga agar esensi dan makna dari hari ini tetap terjaga. Sebuah perjalanan yang tidak mudah. Dengan berbagai diskusi, pertemuan, dan juga dialog-dialog kritis yang mengiringi proses penetapan Hari Santri Nasional.
Hotel Salak, Bogor, menjadi saksi bisu atas berlangsungnya diskusi yang menghasilkan titik temu dan kesepakatan. Suasana penuh kharisma dan dedikasi terasa menggema dalam ruangan, saat para pemikir dan tokoh Islam duduk bersama membahas dan menyepakati konsep dari Hari Santri Nasional.
Dari mata Prof Dr KH Said Aqil Siraj, terlihat jelas bagaimana beliau dengan penuh perhatian dan ketegasan menyampaikan setiap argumen dan pemikirannya. Fokus Kiai Said adalah bagaimana Hari Santri Nasional bisa benar-benar mencerminkan penghargaan terhadap perjuangan dan pengorbanan santri dalam sejarah bangsa dan negara.
Proses ini juga mencerminkan bagaimana toleransi dan musyawarah sangat dijunjung tinggi. Setiap suara, dari berbagai elemen, diberikan ruang untuk disampaikan dan didiskusikan dengan sangat terbuka dan demokratis.
Peringatan Hari Santri Nasional yang pertama di Tugu Kemerdekaan juga mencerminkan suatu bentuk penghormatan dan apresiasi yang tinggi dari negara. Tugu Kemerdekaan, yang menjadi simbol kebebasan dan perjuangan bangsa Indonesia, kini juga menjadi saksi bisu atas penghormatan kepada santri yang telah berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Jadi, dalam setiap perayaan Hari Santri Nasional, kita diingatkan bukan hanya tentang sejarah, tapi juga tentang bagaimana spirit santri harus terus dihidupkan dan diwariskan kepada generasi-generasi penerus bangsa.
“Ini adalah wujud nyata dari penghargaan dan apresiasi kepada para santri yang dengan ikhlas telah mengabdikan dirinya demi agama dan bangsa,” tandas Kiai Said. (*)