Mataram – www.lpkpkntb.com. Program Bantuan Fisik Dana Alokasi Khusus (DAK) SMA/SMK, dan SLB, terus menjadi issu publik terutama dugaan ada permainan di lingkup Dikbud NTB itu sendiri.
Setelah wartawan media lpkpkntb menanyakan keterlibatan dugaan transfer fee, dan keterlibatan orang dalam Dikbud dalam pengerjaan proyek DAK. Kabid SMK yang di temui kemarin beliau mengatakan “Mengenai dugaan Fee DAK dan beredarnya bukti transfer itu belum jelas siapa orang nya, jika ada bukti laporkan..!, namun issu ini bisa saja spekulasi dari oknum tertentu yang mengatasnamakan pihak terkait, untuk mencari keuntungan. Pasalnya saat ini proyek DAK tersebut masih dalam tahapan perencanaan, tolonglah saat ini jangan di ganggu karena saat ini tim penilai sedang fokus pada ferivikasi data yang masuk, mengenai syarat dan mekanisme menjadi suplier, kan sudah kami sampaikan di publik bahkan kemarin ketika rapat di DPRD provinsi sudah di jelaskan oleh PPK, waktu rapat tersebut langsung kita persentasikan di hadapan DPRD Komisi V, bila ada yang kurang jelas, silahkan tanya kami, dan Dikbud transfaran kok, karena tidak ada yang di tutup-tutupi ” jelasnya.
Ia menjelaskan untuk mekanisme siapa-siapa yang nantinya masuk kategori suplier itu sudah jelas ada standarisasi, sesuai aturan yang berlaku, dan lebih jelas nya bisa tanya langsung ke bagian pejabat pembuat komitmen (PPK), lebih-lebih calon suplier harus minta rekomendasi langsung dari kepala sekolah yang menerima dana DAK “bantahnya di media.
Oleh karena itu, “Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) memperkuat pengendalian internal sehingga pola pengerjaan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2022 senilai Rp153 miliar, sesuai dengan Permendikbudristek Nomor 3 tahun 2022 tentang petunjuk teknis operasional dana DAK. Mengenai dugaan Fee DAK dan beredarnya bukti transfer ini belum jelas dan issu ini bisa saja spekulasi dari oknum tertentu yang mengatasnamakan pihak terkait, untuk mencari keuntungan. Pasalnya saat ini proyek DAK tersebut masih dalam tahapan perencanaan, sekali lagi tahap perencanaan ”. Ucapnya di media.