“Karena dalam koalisi ini mereka adalah inisiator koalisi bersama Partai NasDem.
Lain hal bila bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu bentukan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan maka mereka sekadar menjadi pengikut koalisi saja bukan inisiator.
Begitu juga bila bergabung dengan koalisi bentukan Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa,” lanjut Bawono.
Bawono dalam keterangannya juga menyoroti sikap Anies yang tidak ingin terburu-buru menentukan siapa figur akan mengisi posisi cawapres.
Menurut Bawono, penentuan siapa figur tepat untuk mengisi posisi cawapres memang lebih baik menunggu terlebih dahulu siapa saja calon kompetitor akan maju dari koalisi partaipartai politik lain.
“Dengan begitu, akan dapat dipertimbangkan secara lebih matang apakah akan mencari figur dengan basis massa kuat di suatu daerah dengan jumlah pemilih besar atau memilih figur berlatarbelakang ketua umum partai dengan basis dukungan politik kuat sebagai wakil presiden akan mendampingi nanti,” tegasnya.
“Dengan begitu, akan dapat dipertimbangkan secara lebih matang apakah akan mencari figur dengan basis massa kuat di suatu daerah dengan jumlah pemilih besar atau memilih figur berlatarbelakang ketua umum partai dengan basis dukungan politik kuat sebagai wakil presiden akan mendampingi nanti,” tegasnya.
Meskipun demikian, dirinya belum bisa memastikan kapan nama cawapres pendampingnya akan diumumkan ke publik.
“Bisa bulan depan, dua bulan, tiga bulan lagi. Bisa kapan saja,” kata Anies, dikutip dari Kompas.com.
(Ron/Abi).