“Kita kadang-kadang khawatir, waduh jangan sampai Pemilu ini terjadi polarisasi loh. Polarisasi itu suatu yang wajar. Tadi bagus itu, seperti balon ada bendulnya lalu kembali lagi. Saya ingin sampaikan, ada polarisasi ada friksi, ada konflik, ada pecah, itu ada stage-nya,” jelasnya.
Eks Mendikbud itu berharap semua pihak bersikap dewasa terkait polarisasi dalam Pemilu. Jangan sampai polarisasi selalu dianggap sebagai suatu perpecahan.
“Kita harus dewasa, jangan setiap kali ada polarisasi karena Pemilu, lalu dianggap terjadi perpecahan. Nah yang penting selesai pertandingan maka semua kembali kepada posisi awal sebagai warga negara sekarang bekerja bersama,” ucapnya.
“Kenapa? Karena di dalam masa kampanye masing-masing pihak akan menonjolkan kekuatannya, dan akan melabelkan negatif pada lawannya, itu dua-duanya terjadi,” ujarnya.
“Ketika proses kampanye, itu publik perlu dirangsang dari sekarang mari kita bersiap melihat rekam jejak,untuk melihat apa yang sudah dikaryakan, apa yang sudah dihasilkan, sehingga ketika masuk fase pemilu nanti, pada saat proses muncul isu-isu emosional, itu dia tidak menutup tema-tema penting yang menyangkut kesejahteraan masyarakat menyangkut kelangsungan demokrasi,” pungkas Anies. (ron/abi).