“Akhirnya ketemu juga makhluk yg lebih jelek dari aku. Anjing ini tdk hanya haram, tapi juga kudisan dan menjijikkan.” teriak Santri dgn girang.
Dgn menggunakan karung beras, si Santri kemudian membungkus anjing tersebut untuk dibawa ke Pesantren. Namun ditengah jalan, tiba2 dia kembali berpikir,
“Anjing ini memang buruk rupa dan kudisan. Namun benarkah dia lebih buruk dari aku? Oh tdk, kalau anjing ini meninggal, maka dia tdk akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yg dilakukannya di dunia.
Sedangkan aku harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan selama di dunia dan bisa jadi aku akan masuk ke neraka.”
Akhirnya si santri menyadari bahwa dirinya belum tentu lebih baik dari anjing tersebut.
Hari semakin sore.
Si Santri masih mencoba kembali mencari orang atau makluk yg lebih jelek darinya. Namun hingga malam tiba, dia tak jua menemukannya.Lama sekali dia berpikir, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke pesantren dan menemui sang Kyai.
“Bagaimana anakku, apakah kamu sdh menemukannya?” tanya sang Kyai.
“Sudah, Kyai,” jawabnya seraya tertunduk.
“Ternyata diantara orang atau makluk yang menurut saya sangat buruk, saya tetap paling buruk dari mereka,”ujarnya perlahan.
Mendengar jawaban sang Murid, kyai tersenyum lega, “Alhamdulillah.. kamu dinyatakan lulus dari pondok pesantren ini, anakku,” ujar Kyai terharu.
Kemudian Kyai berkata “Selama kita hidup di dunia, jangan pernah bersikap sombong dan merasa lebih baik atau mulia daripada orang ataupun makhluk lain. Kita tidak pernah tahu, bagaimana akhir hidup yang akan kita jalani. Bisa jadi sekarang kita baik dan mulia, tapi diakhir hayat justru menjadi makhluk yang seburuk-buruknya.
Bisa jadi pula sekarang kita beriman, tapi di akhir hayat, setan berhasil memalingkan wajah kita hingga melupakanNya.