“Institusi akademik dan riset adalah jantung pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan. Penguatan budaya ilmiah dan ekosistem inovasi harus menjadi prioritas strategi pembangunan nasional agar Indonesia mampu bersaing secara global,” jelasnya.
I Gede Wenten juga mendorong para penerima beasiswa untuk tetap produktif meskipun menghadapi keterbatasan dana.
“Kreativitas dan kemandirian adalah kunci. Jangan jadikan keterbatasan sebagai alasan berhenti berkarya. Kolaborasi akademik dan metode riset inovatif akan membuka peluang dukungan dari berbagai pihak,” tambahnya.
Diskusi interaktif pun berlangsung hangat, membahas berbagai topik penting seperti peningkatan publikasi ilmiah, kolaborasi riset internasional, serta strategi penyelesaian studi tepat waktu. Salah satu peserta, Mohamad Almas Prakasa, menegaskan bahwa meski ada tantangan, semangat membangun budaya ilmiah tak boleh pudar.
“Harapan saya, komitmen Kemdiktisaintek untuk memperkuat budaya ilmiah terus diwujudkan. Budaya keilmuan di Indonesia harus terus dihargai dan dikembangkan,” ucapnya.
Di penghujung acara, Direktur Sumber Daya, Sri Suning, menyampaikan bahwa sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah adalah kunci untuk memperkuat ekosistem riset nasional.
“Bonus demografi kita semakin terbatas. Ilmuwan muda, peneliti, dan akademisi adalah tulang punggung masa depan bangsa. Mari kita manfaatkan potensi ini demi kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan nasional,” tegas Sri Suning.
Kemdiktisaintek berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan sumber daya manusia yang kompetitif dan berdaya saing tinggi, memperkuat budaya ilmiah, serta mendukung inovasi berbasis riset guna mewujudkan Indonesia Emas 2045.