lpkpkntb – MEMBACA fenomena politik menjelang Pilpres 2024. Mengeksplorasi isi pidato Kebangsaan Anies Baswedan dalam acara Deklarasi Relawan Indonesia Anies kemarin di Jakarta, 02 November 2022.
Sudah tidak asing lagi, sosok seorang Anies Baswedan dikenal orator ulung soal berpidato, Anies diklaim sebagai intelektual muda berbakat dan Anies sebagai mantan Gubernu DKI Jakarta periode 2017-2022. Untuk terakhir kalinya Anies Baswedan dicap sebagai profile antitesa Jokowi.
Isu soal antitesa ini sempat membikin merinding elite partai Nasdem sebagai partai pengusung Anies.
Mengapa demikian?
Nasdem adalah salah satu partai yang bergabung dan menyokong pemerintahan Jokowi. Nasdem sendiri juga ikut menikmati kue jabatan, mendapatkan 3 pos Kementerian di Kabinet Jokowi.
Diskursus antitesa Jokowi juga berakibat pada tuntutan berbagai pihak agar Nasdem segera hengkang dari koalisi partai penopang Jokowi.
Tidak heran ketika Anies mengusung isu-isu produk kelemahan dan kegagalan dari pemerintahan Jokowi.
Platform isu dipastikan akan memframing negatif kegagalan berbagai isu di sektor-sektor strategis nasional.
Isu yang menjadi latar belakang pidato hanya menyoroti situasi negatif yang sedang dihadapi masyarakat bawah.
Kemiskinan, kesenjangan ekonomi, minimnya tenaga kerja dan ketidakadilan politik.
Isu ini dianggap basi ditengah upaya pemerintah mendorong kebangkitan ekonomi nasional.
Eksplorasi isu justru merendahkan diri atas kekuatan dan potensi negara besar yang dimiliki Indonesia.
Masyarakat hanya diajak bernostalgia isu kemiskinan dan ketidakadilan. Lupa jika saat ini sedang terjadinya perubahan ekonomi secara mendadak dan merugikan serta akan semakin memiskinkan masyarakat.
Harusnya isu sosial dan ekonomi tersebut dikembangkan dalam ranah isu kreatif dan progresif. Masyarakat diajak berdialek dengan kondisi kekinian.
Masyarakat harus diajak beradaptasi dengan derasnya perubahan dan letupan tidak terprediksi (disrupsi).
Anies akhirnya terjebak dalam ranah politik praktis dengan mendorong relawan dan undangan untuk memenangkan dan mendukung partai Nasdem.
Anies berdalih jika dari inisiasi dan keberanian Nasdem, Anies bisa dicalonkan capres.
Komunikasi politik tersebut menjadi blunder politik karena Nasdem sendiri belum memenuhi Presidential Threshold.
Nasdem harus merger dengan partai lain.
Dengan demikian pidato kebangsaan Anies sudah cedera dan membentengi sendiri dari koalisi partai lain.
Sanksi politik terberat yakni Anies hanya akan mendapapatkan dukungan kader Nasdem dan sulit bagi pemilih partai lain untuk pindah ke partai Nasdem.